Sabtu, 19 Maret 2011

Jangan Buang Kulit Pisang Sembarangan, Buang Di Air Yang Tercemar Logam Berat


Jika dahulu seringkali kita mendengar peringatan "jangan membuang kulit pisang sembarangan", kemungkinan karena hal tersebut membahayakan orang lain. Tetapi sekarang peringatan tersebut bisa dilihat bukan dari akibat yang dihasilkannya bagi orang lain, melainkan keuntungannya bagi lingkungan.

Kulit pisang belakangan diketahui memiliki banyak manfaat. Diantaranya selain sebagai obat tradisional untuk kutil, pisang juga bisa dimanfaatkan untuk membuat sepatu kulit menjadi lebih berkilau.

Masih ada satu lagi manfaat baru kulit pisang yang belum lama ini dipublikasikan di jurnal American Chemical Society. Menurut laporan dalam jurnal tersebut, kulit pisang mempunyai kemampuan untuk memisahkan logam berat dari air sungai.

Gustavo Castro dan beberapa rekannya mendapati bahwa kulit pisang yang dicincang halus bisa dengan cepat memisahkan timah dan tembaga dari air sungai. Menurutnya, dengan menggunakan kulit pisang, hasilnya sama efektifnya atau dalam beberapa kasus lebih baik dari metode yang ada saat ini.

Dalam eksperimennya, tim riset dari Instituto de Biociências de Botucatu di Universidade Estadual Paulista, Brazil juga mendapati bahwa perangkat dengan kulit pisang yang digunakan untuk mengolah air limbah bisa digunakan hingga 11 kali tanpa kehilangan kemampuan untuk membersihkannya.

Tampaknya, pemakaian kulit pisang untuk memurnikan air merupakan metode yang efektif baik dari segi biaya maupun hasil yang didapatkan, daripada dibuang sembarangan dan membahayakan orang lain.
sumber:american chemical society(planethijau.com)

Selasa, 15 Februari 2011

Tiba-tiba "Booming" Cakalang


KOMPAS.com - Perubahan cuaca yang tidak menentu ternyata ada dampak baik buruknya bagi sumber penghidupan nelayan. Di satu sisi, saat cuaca ekstrim nelayan mungkin kesulitan melaut. Namun, di sisi lain cuaca ekstrim bisa mendatangkan ikan lebih banyak ke permukaan.

Misalnya fenomena yang dialami nelayan di Pekalongan, Jawa Tengah. Di tengah turunnya ketersediaan jumlah ikan karena praktik pengambilan ikan yang tidak ramah lingkungan di masa lalu, para nelayan di sana kini sedang diberi rezeki melimpahnya ikan cakalang.

Ikan cakalang sebelumnya tidak pernah menjadi komoditi utama di perikanan Pekalongan. Namun, kini yang terjadi sebaliknya, ikan ini seolah jadi salah satu primadona nelayan setempat.

"Cakalang ini sekarang tiba-tiba muncul. Dulu ya ditangkap, tapi bukan utama," kata Rusjo, nelayan senior yang juga sekaligus Ketua HNSI Kota Pekalongan. Rusjo yang ditemui Rabu (9/2/2011), mengatakan cakalang dulu hanya muncul 2-3 bulan dalam satu tahun. Namun, sekarang ini muncul penuh selama setahun dari Februari tahun lalu hingga Februari tahun ini.

Menurut Rusjo, kemunculan cakalang biasanya ditandai para nelayan setelah terjadi hujan di siang hari. Para nelayan memperkirakan, hujan menimbulkan percikan yang memacu munculnya cakalang ke permukaan. Rusjo mengatakan, booming cakalang selama setahun penuh ini bisa terjadi akibat perubahan iklim.

Hujan yang terjadi tak lagi mengenal musim, jadi cakalang muncul sepanjang tahun. Akibat booming cakalang di wilayah tertentu, omset pendapatan dari cakalang pun cukup bagus. "Setahun ini, omsetnya ya sudah Rp 1,3 miliar. Tapi itu belum dipotong macam-macam," katanya.

Fenomena booming cakalang ini menarik sebab terjadi di tengah terpuruknya perikanan karena sulitnya mendapat ikan jenis lain. Setidaknya, ini bisa menjadi "obat" bagi nelayan sebab penghasilan dari ikan jenis lain turun drastis.

Penulis: Yunanto Wiji Utomo

Minggu, 23 Januari 2011

ILMUWAN TEMUKAN BAJU PENGGANTI BATERAI

Oleh: rahman budi Ilmuwan
Media penyimpan energi hingga kini memang belum menemukan bentuknya yang ideal. Ukurannya yang besar dan berat masih menjadi salah satu kendala. Sementara perangkat elektronika bergerak kini cenderung mengalami penyusutan ukuran dengan kebutuhan energi listrik yang juga semakin berkurang. Dengan kondisi ini, maka media penyimpan energi yang ada haruslah mengikuti ukuran perangkat elektronik yang disuplainya.

Sebuah tim riset yang terdiri dari Zhong Lin Wang dari Georgia Institute of Technology di Atlanta, Amerika Serikat dan Jong Min Kim dari Samsung Electronics belum lama ini memperkenalkan prototip media penyimpan energi yang fleksibel dan bisa diitegrasikan dengan kain.

Seperti yang dikutip dari jurnal Angewandte Chemie, media yang lebih tepat disebut supercapacitor itu mempunyai efisiensi yang tinggi. Supercapacitor yang dibuat dari kawat nano berbahan seng oksida tersebut di''tumbuh''kan ke dalam serat kain. Seng oksida memiliki kelebihan dibanding bahan supercapacitor lainnya, yaitu sifatnya yang mudah di''tumbuh''kan di berbagai substrat pada suhu di bawah 100 °C, selain tentunya biokompatibel dan ramah lingkungan.

Supercapacitor memang bisa menjadi alternatif lain selain baterai. Kemampuannya untuk diisi ulang berulang kali dan waktu pengisian muatan listrik yang sangat singkat menjadikannya menarik untuk dikembangkan lebih jauh agar mempunyai kemampuan menyimpan energi listrik yang lebih lama.

Aplikasi lebih menarik dari supercapacitor temuan terbaru tersebut adalah jika dikombinasikan dengan serat generator nano fleksibel yang juga dikembangkan sebelumnya oleh Zhong Lin Wang dengan timnya, maka akan memberikan hasil akhir berupa baju yang mampu menghasilkan dan menyimpan energi listrik yang dihasilkannya untuk kemudian digunakan oleh pemakai baju untuk mengisi perangkat elektronik kecil seperti telepon genggam, pemutar MP3 ataupun sensor untuk berbagai aplikasi.
Angewandte Chemie International Edition
Sumber:www.planethijau.com