Kamis, 11 Februari 2010

Cina Selesaikan Pembuatan Gedung Perkantoran Terbesar Di Dunia Bertenaga Surya


Cina kembali menunjukkan salah satu komitmennya untuk berpartisipasi dalam mengurangi dampak pemanasan global dengan telah selesai dibangunnya sebuah gedung yang memanfaatkan energi surya untuk menyuplai kebutuhan energi listriknya.

Gedung yang berlokasi di Dezhou, propinsi Shangdong di barat daya Cina, tersebut menempati areal seluas 75.000 meter persegi dan merupakan gedung terbesar dengan surya sebagai sumber energi. Di dalamnya terdapat berbagai ruangan antara lain pusat pameran dan eksibisi, fasilitas riset ilmiah, fasilitas pertemuan dan pelatihan dan sebuah hotel.

Desain gedung tersebut menggambarkan pentingnya mencari sumber-sumber energi terbarukan sebagai pengganti bahan bakar fosil. Bahkan untuk mempertegas keramahan lingkungannya, struktur luar bangunan yang hanya menggunakan baja sebanyak 1% dibuat agar bisa menjadi sarang bagi burung untuk bersarang. Sedangkan untuk menghemat energi, penyekat atap dan dinding dengan teknologi terbaru digunakan untuk menghasilkan penghematan sebesar 30%.

Gedung yang digunakan untuk 4th World Solar City Congress, telah mempatenkan beberapa teknologi penghematan energi dan teknologi energi suryanya.[china.org]

Senin, 08 Februari 2010

Pemanasan Global Pengaruhi Pertumbuhan Pohon


Sebuah laporan hasil penelitian yang dilakukan Smithsonian Environmental Research Center, menyatakan bahwa pemanasan global mempengaruhi pepohonan. Pertumbuhan pepohonan lebih cepat dibandingkan dengan data pada puluhan tahun yang silam.

Menurut laporan tersebut, tingginya suhu dan meningkatnya CO2 di atmosfir, kemungkinan menjadi penyebab utamanya. Selain itu perubahan iklim yang terjadi akibat pemanasan global juga mengakibatkan jangka waktu yang dibutuhkan setiap siklus musim berlangsung lebih lama, dan hal ini juga mendorong pertumbuhan pepohonan mempunyai waktu yang lebih dari cukup.

Para ilmuwan mengumpulkan data dari 55 pohon di hutan-hutan yang berbeda di sepanjang Amerika Serikat bagian timur dan membandingkannya dengan pengukuran-pengukuran iklim selama 100 tahun serta data emisi karbon. Mereka juga berpendapat bahwa tingginya karbon di atmosfir membantu tanaman dalam proses fotosintesisnya, sementara temperatur yang tinggi mempercepat metabolisme. Mereka juga menegaskan bahwa penelitian lebih jauh masih diperlukan untuk mengetahui penyebab sebenarnya.

Meski tampaknya pertumbuhan pepohonan yang cepat tersebut mengindikasikan hal positif, tetapi faktanya setiap ada perubahan alami dari suatu organisme bagian dari ekosistem berpotensi untuk mengacaukan keseimbangan yang ada.
[Ambiente Brasil]

Rabu, 03 Februari 2010

Atap Hijau Mengurangi Pemanasan Global


Ikut menanggulangi pemanasan global bisa dilakukan oleh setiap orang dan dari setiap rumah. Selain menanam pepohonan di sekitar rumah, ada cara lain yang menurut para peneliti juga bisa mengurangi pemanasan global terutama untuk bangunan-bangunan di kota-kota besar.

Menurut Kristin Getter dan rekan-rekannya, seperti yang akan dipublikasikan di jurnal Environmental Science & Technology milik American Chemical Society tanggal 1 Oktober 2009, atap hijau ternyata lebih multi fungsi. Atap hijau sebenarnya atap yang diberi media tanah atau media lainnya dan digunakan untuk menanam tetumbuhan. Selain mengurangi panas dan pemakaian listrik untuk pengkondisi udara (AC), juga bisa menyerap CO2. Menurut Getter, penggunaan atap hijau seluas wilayah Detroit, sama artinya dengan mengurangi CO2 yang dikeluarkan oleh 10.000 truk dan kendaraan pribadi per tahunnya.

Para peneliti tersebut memusatkan penelitiannya pada kemampuan atap hijau dalam menyerap CO2. Dalam sampel-sampel yang dikumpulkan dari 13 atap hijau di Michigan dan Maryland selama lebih dari dua tahun, mereka mendapati atap hijau seluas area bagi 1 juta penduduk bisa menyerap lebih dari 55.000 ton karbon.

Langkah tersebut mudah untuk diikuti. Setidaknya, atap-atap gedung bertingkat yang selama ini dibiarkan tidak berfungsi maksimal, kini bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam dan sekaligus mengurangi pemanasan global. Gedung-gedung di kota-kota besar Indonesia bisa memulainya sebagai wujud kepedulian terhadap pengurangan pemanasan global, dan perumahan-perumahan baru sebaiknya juga mulai memikirkan untuk mendesain arsitekturnya agar bisa memanfaatkan atapnya sebagai atap hijau. Sumber:Planethijau.com